INDONESIAPOLITIK.COM – Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengingatkan ancaman Amien Rais syndrome mengingat fenomena lolosnya Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar pada Pilpres 2024 dinilai tidak sebanding dengan semangat dan partisipasi masyarakat secara terbuka di kedua acara tersebut.
Menurut Mardani, sindrom Amien Rais disampaikan oleh analis politik dan Direktur Konsultan Pemasaran Politik (PolMark), Eep Saefulloh Fatah.
“Saya agak terkesan dengan Mas Eep Saefulloh Fatah ketika bilang hati-hati, ada Amien Rais syndrome kepada Mas Anies,” kata Mardani di Kompleks Parlemen, Selasa (31/10).
Istilah sindrom Amien Rais menurutnya mengacu pada fenomena elektoral Amien Rais pada Pilpres 2004. Saat itu, sebagai tokoh gerakan politik 98, citra Amien Rais sedang dimunculkan di masyarakat. Acaranya selalu ramai dan dihadiri banyak orang.
BACA JUGA: Yenny Wahid Dukung Ganjar, Gus Yahya Ingatkan Jangan Libatkan NU
Namun, popularitas Amien Rais tak sebanding dengan perolehan suaranya pada Pilpres 2004. Ia hanya memperoleh 14,66% suara dan menempati posisi keempat dari lima calon loh.
Jauh lebih rendah dibandingkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang 33,57%, Megawati Soekarnoputri 26,61%, dan Wiranto 22,15%.
“Ketika reformasi Pak Amien itu melambung sekali, yang hadir penuh tapi ketika pemilu cuma dapet 2004, cuma dapat 14 persen,” kata Mardani.
Situasi serupa, menurut Mardani, juga bisa terjadi pada pasangan Anies-Cak Imin (AMIN). Meski kedua kedai kopi mereka selalu ramai dikunjungi, namun popularitas dan kemampuan mereka untuk terpilih masih berada di posisi terendah di antara dua calon presiden dan wakil presiden yang tersisa.
Hasil Survei 26 Oktober
Hasil survei Indeks 26 Oktober menunjukkan peluang Anies terpilih hanya 23%. Ia lebih rendah 36,1% dibandingkan Prabowo-Gibran dan 33,7% lebih rendah dibandingkan Ganjar-Mahfud.
Sementara itu, LSI Denny JA pada 25 Oktober mengungkap pasangan AMIN masih berada di posisi terbawah klasemen dengan hanya 15%.
Berada tepat di bawah Prabowo-Gibran yang lebih tinggi dengan peluang terpilih 39,3%, disusul Ganjar Pranowo-Mahfud MD dengan 36,9%.
Mardani mengatakan, hasil survei akan tetap bermanfaat untuk masuka pihaknya. Ia meyakini, suka atau tidak suka, survei selalu dilakukan sesuai kaidah ilmiah untuk mendapatkan gambaran yang lebih utuh.
“Karena itu spotlight memang ramai, tapi hasil itu lebih menyeluruh lebih sesuai dengan kaidah ilmiah yang samplingnya itu rata,” kata Mardani.