INDONESIAPOLITIK.COM – Dalam kegiatan yang diadakan oleh Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) di Jambi pada Rabu, 26 Juli, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto diundang untuk berbicara.
Hanya Prabowo Subianto dan Anies Baswedan, dari tiga kandidat bacapres yang disukai untuk 2024, yang terlihat hadir dan berbicara di acara Apdesi tersebut, sementara Ganjar Pranowo tidak terlihat.
Prabowo berbicara di podium pertama, sementara Anies setelahnya. Ketua DPD Apdesi Provinsi Jambi, Samsul Fuad, yang bertindak sebagai tuan rumah, berpendapat bahwa Gubernur Jawa Tengah tidak akan hadir karena dia memiliki acara lain hari ini.
Baca:Â Pidato Prabowo di Universitas Jambi: Kalian Kira Enak Dikalahkan?
Menurutnya, kegiatan Rakernas Apdesi berjalan lancar meskipun Ganjar tidak hadir.
Fuad menyatakan, “Saya tidak kecewa. Saya tetap gembira karena acara itu sukses, karena Jambi sebelumnya belum pernah menjadi tuan rumah acara semacam ini.”
Dia juga berterima kasih kepada pengurus pusat APDESI karena telah memilih Jambi untuk menyelenggarakan rapat nasional.
Dia mengucapkan terima kasih kepada seluruh rekan APDESI dan pengurus pusat yang menunjuk Jambi sebagai tuan rumah.
Pidato Capres
Saat acara berlangsung, Prabowo mengingatkan para kepala desa tentang berbagai potensi sumber daya alam Indonesia, termasuk pertanian, perkebunan, dan pertambangan. Kesejahteraan akan dirasakan jika potensi Indonesia dikelola secara optimal dan diberikan kepada masyarakat.
Prabowo menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk melakukan transisi energi.
“Harus waspada energi tidak boleh tergantung BBM dari luar. Kita akan swasembada energi pangan dan mengelola kekayaan di dalam negeri supaya masyarakat dapat menciptakan lapangan pekerjaan untuk generasi yang akan datang,” ujarnya.
Meskipun demikian, Anies menyatakan bahwa desa-desa di Jambi dapat menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan jika mereka ditingkatkan dan dikembangkan.
Namun, dia mengklaim bahwa populasi desa belakangan ini terus berkurang, begitu pula persawahan yang terus berkurang.
“Dengan melihat situasi seperti ini kita tidak bisa mendiamkan desa berjuang sendirian. Negara harus melakukan intervensi menyelamatkan agar desa tumbuh, berkembang, bertahan, dan bisa menjadi penopang,” kata eks Gubernur DKI Jakarta tersebut.